UPACARA ADAT KALIMANTAN BARAT
Provinsi Kalimantan Barat cukup
dikenal dengan keanekaragaman upacara adatnya, berikut adalah beberapa
perhelatan-perhelatan tradisional yang terdapat di wilayah tersebut.
·
Wadian:
adalah upacara pengobatan pada suku Dayak Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan,
Benuaq dan Bukit. Suku-suku serumpun ini hidup bertetangga di sekitar wilayah
yang berbatasan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Sedangkan pada suku Melayu pedalaman (Suku Melayu Petalangan/Suku Talang mamak)
disebut Bulian. Seringkali juga dipakai sebagai sebutan untuk orang yang
mengobati (tabib) dalam upacara pengobatan tradisional Dayak tersebut yang
dinamakan balian dalam berbagai dialek seperti bolin (Dayak Pesaguan), boretn
(Dayak Simpakng), baliatn (Dayak Jalai).
Wadian adalah
salah satu upacara adat suku Dayak (Dusun, Maanyan, Lawangan, Bawo) yang
menganut Kaharingan diantaranya dalam rangka pengobatan terhadap orang sakit.
Zaman dahulu kala, saat pengobatan medis tidak semaju sekarang, orang-orang
Dayak memanfaatkan jasa wadian untuk mengobati sakit yang mereka derita. Lama
atau tidaknya ritual pengobatan tergantung dari parah tidaknya penyakit yang
diderita,Upacara Wadian dapat berlangsung selama 1 minggu lebih.Jenis wadian
antara lain: Wadian Pangunraun (Pangunraun Jatuh,Pangunraun Jawa),Wadian
Dapa,Wadian Tapu Unru, wadian dadas, wadian bawo, wadian bulat. Dewasa ini,
selain untuk pengobatan, wadian juga telah dikembangkan sedemikian rupa menjadi
salah satu kesenian daerah yang dapat dinikmati sebagai sebuah atraksi kesenian
yang sangat menarik.
·
Upacara
Tiwah: Upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
·
Wara:
Upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
·
Balian:
pacara atau prosesi pengobatan.
·
Potong
Pantan: upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan.
·
Mapalas:
upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka.
·
Ijambe:
Upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
UPACARA ADAT KALIMANTAN TIMUR
Upacara adat adalah segala bentuk
ritual ataupun tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sebagai ungkapan
pengakuan akan eksistensi suatu kekuasaan atau kekuatan lain yang melebihi
kemampuan manusia. Pada masa sekarang ini, penyelenggaraan upacara adat yang
murni sudah semakin sulit ditemukan. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat
semakin meningkatnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat Kalimantan
Timur, bahkan di wilayah pedalaman.
·
Upacara
Pengobatan
Menyajikan
tari Belian. Merupakan upacara yang diselenggarakan untuk menyembuhkan orang
sakit, baik itu sakit secara jasmani maupun rohani. Namun metode pengobatannya
tetap sama, yaitu dengan menggunakan sesajen-sesajen yang dipersembahkan kepada
roh nenek moyang melalui pembacaan mantra-mantra tertentu oleh seorang dukun.
Harapan yang
ingin dicapai adalah agar roh nenek moyang memberikan kesembuhan kepada orang
yang sakit. Namun bukan berarti setiap penyakit dapat disebuhkan, karena
masyarakat juga meyakini bahwa kematian adalah takdir yang harus mereka hadapi.
Keputusan antara peluang hidup dan matinya seseorang tersebut akan disampaikan
oleh sang dukun setelah tarian belian selesai dilakukan.
·
Upacara
Tolak Bala
Menyajikan
tari Belian. Merupakan upacara yang diselenggarakan untuk mempelas kampung.
Upacara ini diadakan ketika pembentukan/pendirian koloni baru di suatu tempat
dan ketika sedang terjadi bencana yang melanda kampung tersebut. Upacara ini
dipimpin oleh seorang dukun dengan mempersembahkan sesajen dan membaca mantra
sambil menari, sebagai bentuk komunikasi dengan roh nenek moyang. Harapan yang
ingin dicapai adalah agar roh nenek moyang menghindarkan/menghilangkan bencana
dan memberikan keselamatan bagi kampung.
·
Upacara
Pernikahan
Menyajikan
tari Datun, tari Jepen dan tari Jepen Tungku. Merupakan upacara peresmian
hubungan sepasang muda-mudi menjadi ikatan suami-istri untuk membentuk rumah
tangga. Upacara ini disertai seserahan dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan yang diwakilkan oleh wali masing-masing, dengan beberapa tahapan
tertentu. Jenis seserahan dan cara penyerahan sangat beragam bergantung dari
strata keluarga dalam masyarakat. Upacara ini ditutup dengan penyelenggaraan
pesta yang dihibur dengan beberapa jenis tarian daerah.
Harapan yang
ingin dicapai adalah sebagai bentuk sosialisasi agar semua masyarakat
mengetahui berita baik tersebut, serta mendoakan agar setiap rumah tangga
mendapat berkah bagi kelangsungan hidupnya secara khusus dan menjadi berkah
bagi masyarakat di kampung tersebut secara umum.
·
Upacara
Membuang Bangkai
Merupakan
upacara pemindahan tulang-tulang arwah yang telah meninggal dari kuburan
keluarga ke suatu kuburan lain yang dikhususkan dan dianggap sebagai tempat
keabadian. Upacara ini dilaksanakan 2-3 kali dalam setahun, tergantung dari
perintah kepala suku.
Tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk mengenang jasa para arwah semasa hidupnya serta
mempersembahkan tempat peristirahatan terakhir yang istimewa.
·
Upacara
Sebelum Menanam
Menyajikan
tari Hudog. Merupakan upacara yang diselenggarakan sebelum memulai musim
bertani/berkebun. Upacara ini disertai pula dengan persembahan sesajen kepada
roh nenek moyang. Upacara ini dilakukan 1 kali dalam setahun.
Tujuan dari
upacara ini adalah agar roh nenek moyang memberkati sawah/kebun yang akan
diolah serta menjauhkannya dari roh-roh jahat perusak tanaman.
·
Upacara
Setelah Panen
Menyajikan
tari Enggang Terbang, tari Hudog dan tari Jiak. Merupakan upacara yang
diselenggarakan pada saat panen, mulai dari sebelum memetik hasil panen hingga
perayaan setelah memetik hasil panen dilakukan, sebagai wujud rasa syukur atas
rejeki yang telah diperoleh. Upacara ini juga menjadi simbol bahwa hasil panen
yang telah dipetik, layak/boleh untuk dinikmati.
Tujuan dari
upacara ini adalah mendoakan agar roh nenek moyang memberkati hasil panen yang
telah dipetik dan agar semua hasil panen tersebut membawa keberkahan bagi
seluruh kampung.
·
Upacara
Selamatan
Menyajikan
tari Enggang Terbang, tari Gantar dan tari Pecuk-pecuk Kina.Merupakan upacara
yang diselenggarakan jika terjadi suatu keberkahan yang luar biasa pada
kampung. Upacara ini disertai pula dengan persembahan sesajen kepada roh nenek
moyang.
Upacara ini
diadakan sebagai wujud rasa syukur terhadap kebaikan roh nenek moyang yang
telah memberikan anugerah tersebut.
·
Upacara
Pemujaan
Menyajikan
tari Gantar. Merupakan upacara yang diselenggarakan sebagai bentuk pengakuan
dan pemujaan sekaligus wujud kepasrahan diri terhadap roh nenek moyang yang
dipercaya memiliki kekuatan jauh melebihi kemampuan manusia, yaitu berupa
kekuatan dalam mengatur dan mengendalikan kehidupan secara mutlak, dan mereka
tunduk serta taat kepadanya.
·
Upacara
Perayaan
Menyajikan
tari Enggang Terbang dan tari Gantar. Merupakan upacara adat yang
diselenggarakan sebagai pesta rakyat, dengan beragam perlombaan olahraga fisik seperti
begolo, begasing dan panjat pinang. Upacara ini ditutup dengan penyelenggaraan
acara/pesta yang menyuguhkan beragam hidangan mewah dan dapat dinikmati sambil
menyaksikan pergelaran tarian adat.
Maksud dari
upacara ini hanyalah sebagai media hiburan bagi masyarakat untuk berekreasi
sejenak setelah melakukan aktivitas rutin sehari-hari. Namun justru pada
upacara inilah proses sosialisasi antar individu masyarakat dapat berlangsung
secara optimal.
·
Upacara
Penerimaan Tamu Agung
Menyajikan
tari Enggang Terbang dan tari Ronggeng. Merupakan upacara yang diselenggarakan
oleh suatu kampung jika kedatangan seorang/rombongan tamu. Upacara ini tidak
semeriah upacara-upacara adat lainnya, karena bersifat insidental dan diadakan
segera setelah tamu tersebut memasuki wilayah kampung, sehingga waktu
persiapannya pun terbatas. Namun maksud terpenting dari upacara ini bukanlah
meriahnya acara, melainkan untuk menunjukkan keramahan dari tuan rumah dalam
menyambut tamu tersebut, untuk menimbulkan kesan positif pada setiap tamu yang
datang.
·
Upacara
Pembunuhan Kerbau
Dalam
kepercayaan masyarakat, adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang masih
hidup untuk menyelenggarakan upacara membunuh kerbau sebagai persembahan bagi
orang tua yang telah meninggal dunia. Upacara ini diselenggarakan dalam tiga
tahap dan membutuhkan dana yang besar. Penyelenggaraannya tidak harus segera
setelah orang tua meninggal dunia, namun dapat menunggu sampai pihak keluarga
benar-benar siap secara materi.
Penyelenggaraan
upacara ini adalah satu-satunya cara yang diakui secara adat untuk menunjukkan
rasa cinta kasih anak kepada orang tua yang telah meninggal. Selain itu juga
untuk menghormati dan membalas budi kedua orang tua serta mendoakan agar
arwahnya dapat melewati alam yang baik sebagaimana yang diyakini masyarakat.
·
Upacara
Pemberian Gelar
Menyajikan
tari Kanjar dan Ganjur. Merupakan upacara yang dilakukan untuk menganugerahkan
gelar yang diberikan oleh Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang
dianggap berjasa terhadap Kerajaan. Upacara ini dilengkapi dengan jamuan mewah
kepada rakyat sebagai tanda terima kasih dari Raja atas pengabdian rakyatnya.
·
Upacara
Penobatan Raja
Menyajikan
tari Kanjar dan Ganjur. Merupakan upacara yang diselenggarakan dalam rangka
peresmian/penobatan raja yang baru terpilih. Upacara ini dilakukan setiap
terjadi pergantian masa kekuasaan kerajaan. Upacara ini merupakan upacara
paling meriah yang diselenggarakan oleh kerajaan, dengan berbagai macam
ritual/tahapan upacara yang harus dilaksanakan secara berturut-turut tanpa
terkecuali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar